Arti 'Biased': Pahami Makna Dalam Bahasa Inggris

by Jhon Lennon 49 views

h1. Arti 'Biased': Pahami Makna dalam Bahasa Inggris

Halo guys! Pernah nggak sih kalian ketemu kata 'biased' pas lagi asyik nonton film atau baca berita, terus bingung artinya apa? Tenang aja, kalian nggak sendirian! Kata 'biased' ini memang sering banget muncul, dan ngertiin artinya itu penting banget biar nggak salah paham. Nah, di artikel ini, kita bakal bongkar tuntas apa sih arti 'biased' itu, gimana cara pakainya, dan contoh-contohnya biar kalian makin jago.

So, what's the deal with 'biased'? Intinya, 'biased' itu artinya punya prasangka atau nggak netral. Kalau ada sesuatu yang 'biased', berarti dia cenderung milih satu sisi, nggak objektif, dan nggak adil. Bayangin aja kayak hakim yang lagi adili kasus, tapi hakimnya udah punya pandangan sendiri duluan soal siapa yang salah. Nah, itu namanya 'biased'. Nggak keren banget kan?

Dalam bahasa Indonesia, 'biased' bisa diterjemahin jadi 'berprasangka', 'memihak', 'tidak objektif', 'condong', atau 'berat sebelah'. Semua kata-kata ini nunjukin hal yang sama: ada kecenderungan buat milih satu sisi tanpa pertimbangan yang adil. Kenapa sih kita perlu peduli sama arti 'biased' ini? Soalnya, di dunia yang serba informasi kayak sekarang ini, kita sering banget nemuin berita, opini, atau bahkan data yang bisa jadi 'biased'. Kalau kita nggak hati-hati, kita bisa aja ikut-ikutan punya pandangan yang nggak adil gara-gara kena pengaruh 'biased' ini.

Udah siap buat menyelami lebih dalam arti 'biased' dan cara mendeteksinya? Yuk, kita mulai! Jangan lupa siapin kopi atau teh favorit kalian, biar ngobrolnya makin asyik.

h2. Membedah Akar Kata 'Biased'

Oke guys, sebelum kita ngomongin lebih jauh soal 'biased', yuk kita lihat dulu asal-usul katanya. 'Biased' itu aslinya datang dari kata kerja 'bias'. Nah, 'bias' dalam konteks ini artinya itu kayak 'kemiringan' atau 'kecenderungan'. Jadi, kalau sesuatu itu 'biased', berarti dia punya 'kemiringan' ke satu arah tertentu. Mirip kayak kompas yang jarumnya selalu menunjuk ke utara, 'bias' itu kayak penunjuk arah yang udah ada dari sananya, tapi bukan ke utara, melainkan ke satu pandangan, opini, atau perlakuan tertentu.

Sejarahnya, kata 'bias' ini mulai populer dipakai buat nunjukin ketidakadilan dalam sistem. Dulu banget, mungkin ada aturan atau cara pandang yang secara nggak sadar atau bahkan sengaja bikin satu kelompok orang lebih diuntungkan daripada kelompok lain. Contohnya, di masa lalu, sistem hukum atau sosial mungkin aja 'biased' terhadap gender atau ras tertentu. Artinya, hukumannya lebih berat buat satu kelompok, atau kesempatannya lebih sedikit. Gitu deh, guys, jadi 'bias' itu bukan cuma soal pendapat pribadi, tapi bisa juga udah mendarah daging di dalam sistem atau institusi.

Jadi, kalau kita ngomongin 'biased' itu artinya lebih condong atau memihak. Bayangin aja kalian lagi main kelereng, terus landasan mainnya itu miring. Nah, kelerengnya pasti bakal lebih gampang menggelinding ke arah yang lebih rendah kan? Nah, kayak gitu juga sama 'biased'. Ada satu sisi yang lebih 'rendah' atau lebih gampang buat 'jatuh' opininya ke sana. Ini bisa terjadi karena banyak hal, guys. Bisa karena pengalaman pribadi, pendidikan, budaya, atau bahkan informasi yang didapat.

Yang penting diingat nih, 'bias' itu nggak selalu negatif. Kadang, kita punya 'bias' yang positif juga. Misalnya, kita punya 'bias' buat suka sama makanan pedas. Itu kan nggak merugikan siapa-siapa, malah bikin hidup kita lebih berwarna. Tapi, dalam banyak konteks, terutama di dunia berita, opini, atau pengambilan keputusan, 'bias' itu seringkali jadi masalah karena bikin hasil yang nggak adil. Makanya, penting banget buat kita bisa mengenali kapan sebuah informasi atau keputusan itu 'biased' atau nggak.

Memahami 'bias' dari akarnya bikin kita lebih gampang nyerna kenapa ada orang atau institusi yang kelihatan nggak adil. Ini bukan buat nyari siapa yang salah, tapi lebih ke biar kita makin kritis dan nggak gampang telan mentah-mentah semua informasi yang ada. Jadi, siap-siap buat ngulik lebih dalam lagi ya!

h2. 'Biased' dalam Berbagai Konteks: Bukan Sekadar Opini

Guys, kata 'biased' itu nggak cuma buat ngejelekin orang yang punya opini jelek doang. Maknanya lebih luas dari itu. 'Biased' itu bisa muncul di mana aja, mulai dari berita yang kita baca, iklan yang kita lihat, sampai cara orang ngambil keputusan. Penting banget nih buat kita bisa ngertiin 'biased' di berbagai situasi biar nggak gampang ketipu, atau malah jadi bagian dari masalahnya.

1. Media dan Berita 'Biased': Ini nih yang paling sering kita denger. Media yang 'biased' itu artinya mereka nggak nyajikan berita secara seimbang. Bisa jadi mereka terlalu fokus sama satu sisi cerita, atau malah sengaja ngilangin informasi penting yang bisa bikin pembaca mikir beda. Contohnya, media yang selalu ngasih berita bagus-bagus soal pemerintah, tapi lupa nyebutin kritik-kritiknya. Itu jelas 'biased', guys. Mereka nggak objektif, dan kayaknya ada agenda tertentu di baliknya. Makanya, kalau baca berita, jangan lupa bandingin dari beberapa sumber yang beda biar dapet gambaran yang lebih utuh. Jangan sampai kita cuma makan satu 'rasa' berita doang!

2. 'Biased' dalam Pengambilan Keputusan: Ini juga krusial banget. Kalau seseorang atau sebuah kelompok 'biased' pas ngambil keputusan, hasilnya bisa nggak adil. Misalnya, pas rekrutmen karyawan, kalau si pewawancara punya 'bias' sama orang yang se-almamater, dia mungkin bakal lebih milih kandidat dari almamaternya meskipun ada kandidat lain yang lebih qualified. Ini namanya affinity bias atau 'bias kedekatan'. Atau, kalau ada manajer yang 'biased' sama karyawan yang suka diajak ngobrol santai, bisa jadi karyawan itu dapet promosi padahal kinerjanya biasa aja. Ini jelas nggak fair buat karyawan lain yang rajin tapi nggak 'nyetel' sama bosnya. Pengambilan keputusan yang 'biased' bisa merusak tim, bikin orang nggak termotivasi, dan ujung-ujungnya ngerugiin perusahaan.

3. 'Biased' dalam Data dan Riset: Wah, yang ini agak teknis tapi penting. Kadang, data yang disajikan itu udah 'biased' dari sananya. Misalnya, sebuah survei yang cuma ngambil responden dari satu kelompok usia aja. Hasil surveinya pasti nggak bisa mewakili semua orang kan? Itu namanya sampling bias. Atau, penelitian yang didanai sama perusahaan rokok, terus hasilnya bilang merokok itu nggak berbahaya. Nah, ini jelas banget 'biased' karena ada kepentingan di baliknya. Riset yang 'biased' itu bahaya banget karena bisa disalahgunakan buat meyakinkan orang pada hal yang salah.

4. 'Biased' dalam Interaksi Sosial: Nggak cuma di ranah besar, di kehidupan sehari-hari pun 'biased' itu ada. Misalnya, kita punya 'bias' sama orang yang penampilannya kurang rapi, terus kita langsung mikir dia orangnya males atau nggak pinter. Padahal, kan belum tentu? Itu 'bias' dari penampilan luar. Atau, kalau kita punya teman yang selalu cerita bagus-bagus soal produk A, terus kita jadi ikutan pengen beli produk A tanpa nyari tahu kelebihannya. Itu bisa jadi kita udah kena 'bias' dari teman kita.

Intinya, 'biased' itu bisa muncul dari prasangka, informasi yang nggak lengkap, kepentingan pribadi, atau bahkan kebiasaan. Yang penting, kita mesti sadar kalau 'biased' itu ada di sekitar kita. Dengan kesadaran itu, kita bisa lebih kritis, nggak gampang percaya, dan berusaha buat bersikap lebih adil. Gimana, guys? Udah mulai kebayang kan 'biased' itu kayak apa di dunia nyata?

h2. Mengenali Tanda-tanda 'Biased'

Nah, ini nih bagian paling seru guys! Gimana caranya biar kita nggak gampang 'tertipu' sama sesuatu yang 'biased'? Gimana caranya kita bisa jadi detektif handal buat nyari jejak-jejak 'bias'? Tenang, ada beberapa trik yang bisa kita pake. Kuncinya adalah skeptis tapi tetap terbuka. Jangan langsung percaya semua yang kita liat atau denger, tapi jangan juga langsung ngecap negatif. Kita perlu jadi pembaca dan pendengar yang cerdas.

Pertama, perhatikan sumber informasinya. Ini penting banget, guys. Coba tanyain ke diri sendiri: 'Siapa sih yang ngomongin ini?', 'Apa kepentingannya dia ngasih tau info ini?', 'Apakah dia punya rekam jejak yang netral atau sering memihak?'. Kalau informasinya datang dari sumber yang punya agenda jelas, misalnya perusahaan yang jualan produk, atau politikus yang lagi kampanye, ya kita mesti ekstra hati-hati. Berita dari media yang terkenal sering banget provokatif atau punya pandangan politik yang kuat juga patut dicurigai. Kalau sumbernya nggak jelas atau anonim, mending jangan langsung dipercaya deh.

Kedua, cari tahu apakah ada informasi yang dihilangkan atau ditutupi. Sesuatu yang 'biased' itu seringkali nggak nyajikan gambaran utuh. Mereka mungkin bakal fokus banget sama satu sisi cerita yang nguntungin mereka, terus ngelupain fakta lain yang bisa bikin pembaca mikir beda. Contohnya, kalau ada artikel yang cuma nyebutin keuntungan dari sebuah produk tapi nggak nyebutin efek sampingnya, itu jelas 'biased'. Atau, berita yang cuma ngomongin kesuksesan satu pihak tapi nggak ngasih ruang buat suara pihak lain. Ciri-cirinya itu kayak ada 'lubang' informasi yang disengaja. Coba deh, kalau nemu informasi yang kayak gitu, coba cari sumber lain yang lebih lengkap.

Ketiga, lihatlah bahasanya. Bahasa yang digunakan itu bisa jadi indikator kuat adanya 'bias'. Kalau sebuah tulisan atau ucapan banyak pake kata-kata yang emosional, menghakimi, atau terlalu meyakinkan secara sepihak, nah, itu patut dicurigai. Misalnya, penggunaan kata-kata kayak 'tentu saja', 'jelas sekali', 'tidak diragukan lagi' tanpa disertai bukti yang kuat, itu bisa jadi tanda 'bias'. Penulis atau pembicara yang 'biased' seringkali berusaha mempengaruhi emosi kita, bukan cuma logika kita. Mereka mungkin pake framing yang negatif buat satu pihak, dan framing positif buat pihak lain. Perhatiin juga kalau ada stereotip yang dipakai. Misalnya, bilang 'wanita itu emosional, makanya nggak cocok jadi pemimpin'. Itu contoh stereotip yang 'biased'.

Keempat, bandingkan dengan informasi lain. Jangan pernah puas cuma dengan satu sumber, guys! Kalau kamu nemu sebuah fakta atau opini, coba deh cari sumber lain yang ngomongin hal yang sama. Apakah informasinya konsisten? Atau malah beda 180 derajat? Kalau ada banyak sumber yang bilang hal yang sama dengan cara yang berbeda-beda tapi intinya sama, kemungkinan besar informasinya itu cukup objektif. Tapi kalau ada satu sumber yang 'teriak paling kenceng' sementara yang lain diam atau bilang sebaliknya, nah, kemungkinan besar sumber yang 'teriak' itu 'biased'.

Kelima, kenali 'bias' diri sendiri. Nah, ini yang paling susah tapi paling penting. Kita semua punya 'bias' masing-masing, guys. Ada yang 'biased' banget sama klub bola favoritnya, ada yang 'biased' sama artis kesayangannya, ada yang 'biased' sama partai politiknya. Sadari dulu kalau kamu juga punya 'bias'. Kalau kamu udah sadar, coba deh tantang pikiranmu sendiri. Saat kamu baca sesuatu yang sejalan sama pandanganmu, coba tanyain: 'Apa aku suka ini karena emang bener, atau cuma karena ini sesuai sama yang aku percaya?'. Terus, kalau kamu nemu informasi yang nggak sesuai sama pandanganmu, coba deh baca pelan-pelan, jangan langsung ditolak mentah-mentah. Coba pahami dulu kenapa orang lain punya pandangan beda. Dengan ngertiin 'bias' diri sendiri, kita bisa lebih objektif saat menilai informasi dari luar.

Mengenali tanda-tanda 'biased' itu kayak melatih otot, guys. Makin sering dilatih, makin peka kita. Jadi, yuk mulai jadi detektif informasi dari sekarang!

h2. Dampak Negatif dari 'Biased'

Guys, ngomongin 'biased' itu nggak cuma soal ngertiin artinya aja, tapi juga penting banget buat tau apa sih efek buruknya. Kenapa sih kita harus peduli kalau ada sesuatu yang 'biased'? Jawabannya simpel: karena 'biased' itu bisa ngerusak banyak hal, mulai dari diri kita sendiri sampai ke masyarakat luas. Yuk, kita bedah satu per satu dampak negatifnya biar makin tercerahkan.

1. Menghambat Kemajuan dan Inovasi: Bayangin aja kalau sebuah tim di kantor itu 'biased' sama ide-ide lama. Mereka nggak mau dengerin ide-ide baru dari anggota tim yang lebih muda atau yang punya latar belakang beda. Akibatnya, perusahaan jadi stagnan, nggak berkembang. Mereka jadi ketinggalan sama kompetitor. 'Bias' terhadap cara lama itu kayak tembok yang nutupin jalan buat inovasi. Sama juga di dunia sains atau seni. Kalau ada 'bias' tertentu yang dominan, ide-ide brilian tapi 'nyeleneh' bisa jadi nggak dapet tempat, padahal itu bisa jadi terobosan besar.

2. Menciptakan Ketidakadilan dan Diskriminasi: Ini nih dampak yang paling kelihatan dan paling ngerusak. 'Bias' itu akar dari banyak ketidakadilan. Kalau sistem hukum 'biased' sama kelompok tertentu, mereka bisa dapet hukuman yang nggak setimpal. Kalau perusahaan 'biased' dalam penerimaan karyawan, orang-orang yang lebih qualified tapi nggak masuk kriteria 'bias' itu bisa kehilangan kesempatan. 'Bias' gender, ras, agama, atau usia itu bisa bikin orang nggak dihargai sesuai kemampuan mereka, tapi cuma berdasarkan label. Ini nggak cuma ngerusak individu yang jadi korban, tapi juga ngerusak tatanan sosial yang seharusnya adil dan setara.

3. Merusak Hubungan Antarmanusia: Kalau kita punya 'bias' sama seseorang, misalnya mikir dia itu nyebelin atau nggak pinter cuma karena penampilan luarnya, kita jadi males buat deketin dia. Kita jadi nggak mau kenal dia lebih jauh. Akhirnya, kita kehilangan kesempatan buat punya teman baru yang mungkin aja orangnya asik. 'Bias' itu kayak kacamata tebal yang bikin kita cuma liat orang dari luarnya, nggak pernah sampe ke dalemnya. Hal ini bisa bikin kita jadi pribadi yang tertutup, sombong, dan nggak bisa nerima perbedaan. Dalam skala yang lebih besar, 'bias' antar kelompok masyarakat bisa memicu konflik dan permusuhan.

4. Menyebarkan Informasi yang Salah dan Hoax: Ingat kan soal media yang 'biased'? Nah, media atau individu yang 'biased' itu gampang banget nyebarin informasi yang salah atau bahkan hoax. Kenapa? Karena mereka nggak punya niat buat nyari kebenaran yang objektif. Mereka cuma mau meyakinkan orang lain kalau pandangannya itu benar, meskipun itu nggak sesuai fakta. Kalau kita nggak kritis, kita bisa aja ketipu sama informasi 'biased' ini, terus ikutan nyebarin lagi. Akhirnya, kebohongan jadi makin meluas dan bikin masyarakat jadi bingung atau bahkan panik.

5. Menghambat Perkembangan Diri Sendiri: Terakhir, 'bias' itu juga bisa ngerusak diri kita sendiri. Kalau kita terlalu 'biased' sama pandangan kita sendiri, kita jadi nggak mau belajar hal baru. Kita jadi ngerasa udah paling bener. Padahal, dunia ini terus berubah, dan kalau kita nggak mau buka pikiran, kita bakal ketinggalan. 'Bias' itu kayak penjara buat pikiran kita. Kita jadi nggak bisa liat potensi lain, nggak bisa ngembangin diri. Orang yang 'biased' cenderung defensif, susah menerima kritik, dan nggak mau mengakui kesalahan. Ini jelas menghambat pertumbuhan pribadi.

Jadi, guys, 'biased' itu bukan cuma kata sifat biasa. Dampaknya itu nyata dan bisa bener-bener ngerusak. Makanya, penting banget buat kita terus belajar mengenali dan ngurangin 'bias' dalam diri kita dan di lingkungan sekitar. Jangan sampai kita jadi bagian dari masalah hanya karena kita nggak sadar akan 'bias' yang kita punya.

h2. Cara Mengatasi 'Biased'

Oke guys, setelah kita ngulik banyak soal apa itu 'biased', gimana ciri-cirinya, dan apa aja dampaknya, sekarang saatnya kita bahas bagian yang paling penting: gimana caranya biar kita nggak 'biased' lagi atau setidaknya bisa ngurangin 'bias' kita? Ini nggak gampang, guys, butuh usaha dan kesadaran yang terus-menerus. Tapi, kalau kita mau, pasti bisa kok. Yuk, kita mulai dari langkah-langkah praktisnya.

1. Tingkatkan Kesadaran Diri (Self-Awareness): Ini adalah langkah pertama dan paling fundamental. Kita harus sadar dulu kalau kita itu punya 'bias'. Nggak ada orang yang 100% objektif. Coba deh luangin waktu buat merenung. Pikirin tentang pandangan, keyakinan, dan prasangka yang selama ini kamu pegang. Dari mana asalnya? Apakah berdasarkan fakta, atau cuma karena kamu denger dari orang lain atau karena pengalaman pribadi yang terbatas? Coba identifikasi 'bias' yang paling sering muncul dalam pikiranmu. Misalnya, apakah kamu cenderung meremehkan orang yang beda suku? Atau apakah kamu selalu beranggapan kalau produk luar negeri itu lebih bagus? Menyadari 'bias' itu udah setengah jalan buat mengatasinya.

2. Cari Informasi dari Berbagai Sumber yang Beragam: Ini penting banget buat ngelawan 'bias' informasi. Jangan cuma ngandelin satu atau dua sumber aja. Kalau mau tau soal isu politik, jangan cuma baca berita dari satu portal. Coba deh cari dari portal yang punya pandangan berbeda. Kalau mau tau soal kesehatan, jangan cuma baca dari satu dokter, coba cari referensi lain. Semakin banyak sudut pandang yang kamu dapat, semakin utuh gambaran yang kamu punya, dan semakin kecil kemungkinan kamu terpengaruh oleh 'bias' satu sisi. Jadilah pembaca yang kritis, bandingkan informasi, dan cari bukti yang kuat.

3. Berinteraksi dengan Orang yang Berbeda Pandangan: Nah, ini bisa jadi tantangan tersendiri. Kadang, kita itu nyaman banget sama orang-orang yang punya pandangan sama kayak kita. Tapi, justru dengan bergaul sama orang yang beda, kita bisa belajar banyak. Coba deh ajak ngobrol orang yang punya keyakinan politik berbeda, atau orang yang punya latar belakang budaya yang nggak sama sama kamu. Dengarkan baik-baik apa yang mereka sampaikan. Tanyain alasan di balik pandangan mereka. Kamu nggak perlu setuju sama mereka, tapi berusaha memahami itu udah langkah besar. Dengan begitu, kamu bisa ngeliat kalau dunia itu nggak hitam putih, dan ada banyak cara pandang yang valid.

4. Gunakan Pendekatan Berbasis Data dan Fakta: Kalau mau ngambil keputusan, usahain deh buat nggak cuma ngandelin perasaan atau intuisi semata. Coba kumpulin data yang relevan. Cari fakta-fakta objektif yang bisa mendukung atau membantah sebuah pandangan. Kalau misalnya kamu lagi milih produk, jangan cuma liat iklan yang bagus, tapi cari review dari pengguna lain, bandingkan spesifikasinya, dan liat harganya. Dalam konteks yang lebih besar, kayak di dunia kerja, pengambilan keputusan harus didasarkan pada data yang akurat, bukan cuma asumsi atau 'kata orang'.

5. Latih Kemampuan Berpikir Kritis: Berpikir kritis itu kayak pisau bermata dua. Di satu sisi, kamu jadi nggak gampang percaya sama informasi yang 'biased'. Di sisi lain, kamu juga jadi bisa ngeluarin diri kamu dari 'bias' yang mungkin kamu punya. Gimana caranya? Mulai dari mempertanyakan asumsi, menganalisis argumen, mengevaluasi bukti, dan menarik kesimpulan yang logis. Jangan pernah berhenti bertanya 'kenapa?', 'bagaimana kalau?', dan 'apa buktinya?'. Kemampuan berpikir kritis ini bakal jadi tameng terkuat kamu melawan manipulasi dan 'bias' yang merajalela.

6. Minta Umpan Balik (Feedback): Kadang, kita itu buta sama 'bias' diri sendiri. Makanya, minta umpan balik dari orang yang kamu percaya itu penting. Tanyain ke teman dekat, keluarga, atau rekan kerja: 'Menurut kamu, apakah saya seringkali berat sebelah dalam menilai sesuatu?', 'Apakah ada pandangan saya yang mungkin nggak adil?'. Dengarkan masukan mereka dengan lapang dada. Mungkin nggak semuanya benar, tapi setidaknya kamu dapet perspektif baru yang bisa bikin kamu lebih sadar.

Mengatasi 'bias' itu bukan berarti jadi robot yang nggak punya perasaan. Bukan juga berarti harus setuju sama semua orang. Intinya adalah berusaha bersikap lebih adil, objektif, dan terbuka terhadap berbagai kemungkinan. Ini adalah proses seumur hidup, guys. Jadi, jangan berkecil hati kalau sesekali masih terjebak dalam 'bias'. Yang penting, terus belajar dan berusaha jadi pribadi yang lebih baik lagi.

h2. Kesimpulan: Menjadi Pribadi yang Lebih Objektif

Jadi gimana, guys? Udah makin paham kan sekarang soal arti 'biased' dan segala seluk-beluknya? Intinya, 'biased' itu adalah kecenderungan atau prasangka yang bikin kita nggak bisa melihat sesuatu secara objektif dan adil. Ini bisa muncul dari mana aja, baik dari pengalaman pribadi, informasi yang kita terima, sampai kebiasaan yang udah mendarah daging. Dan yang paling penting, 'bias' itu bisa punya dampak negatif yang cukup besar, mulai dari bikin ketidakadilan, menghambat kemajuan, sampai merusak hubungan antarmanusia.

Tapi, kabar baiknya, kita nggak dibiarkan begitu aja. Kita punya kekuatan buat melawan 'bias' ini. Kuncinya ada pada kesadaran diri. Kita harus mau mengakui kalau kita punya 'bias', lalu aktif mencari informasi dari berbagai sumber, mau berinteraksi sama orang yang beda pandangan, dan melatih kemampuan berpikir kritis kita. Ingat, guys, menjadi objektif itu bukan berarti nggak punya pendirian, tapi berarti kita bisa melihat sebuah masalah dari berbagai sisi sebelum akhirnya mengambil kesimpulan.

Di dunia yang semakin kompleks ini, kemampuan untuk melihat sesuatu secara 'unbiased' atau tidak memihak itu jadi skill yang sangat berharga. Ini bukan cuma penting buat diri kita sendiri biar nggak gampang dibohongin atau bikin keputusan yang salah, tapi juga penting buat menciptakan masyarakat yang lebih adil dan harmonis. Kalau kita semua bisa berusaha lebih objektif, pasti dunia ini bakal jadi tempat yang lebih baik buat kita tinggali.

Mulai dari hal-hal kecil ya, guys. Saat baca berita, coba deh bandingkan dengan sumber lain. Saat diskusi sama teman, coba dengarkan argumen mereka baik-baik sebelum langsung membantah. Dan yang paling penting, jangan pernah berhenti belajar dan bertanya. Dengan begitu, kita bisa terus berkembang dan menjadi pribadi yang lebih bijaksana, tidak 'biased', dan pastinya lebih keren! Terima kasih udah nemenin ngobrolin arti 'biased' ini. Sampai jumpa di artikel berikutnya!